Tahukan anda 7 kekuatan shalat
Shalat yang diwajibkan bagi ummat Islam sesuai dengan hukum syara` adalah 5 waktu sehari semalam. Terdapat dua shalat sunat yang dapat dilakukan setiap hari terikat dengan waktu yakni sehalat dhuha dan shalat tahajjud.
1. Shalat diawali dari kebutuhan
Apa beda shalat saat belajar dengan shalat khusyu`nya orang dewasa. Shalat saat belajar ia lakukan karena ingin mendapatkan ilmu dan keterampilan bagaimana melaksanakan shalat. Shalat orang dewasa karena ia memang membutuhkan kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Media shalat menjadi bagian dari kehidupannya, karena setiap waktu yang ditentukan ia ingin tetap dekat dengan Allah. Jadi lakukanlah sesuatu karena kebutuhan baru yang lain.
2. Shalat berjamaah
Mengapa mesti berjamaah? Melakukan sesuatu secara bersama akan lebih baik, apalagi sesuai dengan syariat agama. Bukan hanya pahala yang akan didapatkan ketika kita shalat berjamaah, lebih dari itu, persaudaraan, dan silaturahmi sebagai ummat akan kita temukan maknanya dalam hidup ini.
3. Shalat 7 waktu
Shalat yang diwajibkan pada ummat Islam ada lima kali sehari semalam. Tetapi ada dua waktu shalat yang terikat dengan jadwal dan dapat dilakuan setiap hari yakni shalat tahajud dan shalat dhuha. Akan sempurnalah shalat seorang mahasiswa bila ia tidak sekedar menyelesaikan kewajibannya, tetapi ia melaksanakan tahajud sebagai sarana untuk menentramkan jiwa, dan ia melaksanakan shalat dhuha agar selalu mendapat kemudahan dalam belajar.
4. Shalat di awal waktu
Sulit mendapatkan mahasiswa yang tidak mempunyai jam, paling tidak ia mempunyai penunjuk waktu walau di telefon selulernya. Apa artinya waktu tersebut, tentu untuk dapat menempatkan kegiatan sesuai dengan kebutuhan. Melakukan shalat di awal waktu akan lebih berarti, karena ia telah menunggu waktu shalat tersebut. Shalat yang dilakukan di akhir waktu lebih berpeluang untuk melupakannya, daripada mereka yang melakukannya secara berjamaah di masjid di awal waktu.
5. Shalat dilengkapi rawatib
Dalam belajar ada yang disebut apersepsi, setelah belajar ada yang disebut dengan refleksi. Shalat rawatib adalah shalat sunat pengiring shalat wajib. Setiap shalat wajib dua rakaat mengiringi baik itu mengawali maupun mengakhiri. Benar bila kita ingin mendapatkan makna shalat yang sebenarnya, maka shalat sunnat rawatib adalah satu kelengkapan yang harus dilaksanakan. Dan seperti belajar tadi, ada apersepsi ada refleksi.
6. Shalat khusyuk
Ada buku judulnya pelatihan shalat khusu`. Buku ini konon member bimbingan bagaimana kita dapat melakukan secara fokus, konsentrasi, yang tujuannya dalah shalat dapat diterima. Pada satu ketika ada seorang shalat ia sadar ketika takbiratul ikhram, dan seakan tidak sadar ia dikendalikan oleh gerakan shalat tersebut sampai akhirnya ia baru sadar bahwa ia sudah sampai mengucapkan salam. Apakah ini yang disebut khusu`. Melakukan sesuatu bila dilaksanakan secara benar, secara syariat, dihayati hakikat dari kegiatan, maka akan mendapat makna dari apa yang dilakukan. Shalat khusyuk hanya akan bermakna bila direncanakan, dilaksanakan dan dinikmati.
7. Shalat dengan ikhlas
Ikhlas enak mengejanya apalagi menyebutnya,tetapi mungkin sulit melakukannya. Melaksanakan shalat dengan ikhlas tidak mesti diawali dari kondisi atau tergantung pada orang lain. Ikhlas adalah diawali dari upaya menjadi shalat adalah kebutuhan, senang dilaksanakan secara bersama, shalat tidak sekedar kewajiban, segera melakukannya, tidak menjadi beban bila ada tambahan.
Bila kita belajar dengan rasa ikhlas, maka pekerjaan belajar bukan menjadi beban, tetapi menjadi nilai kenikmatan yang sangat indah. Sepertinya benar skenario Tuhan, bahwa ia akan bertanya, apa yang telah kamu perbuat, bukan apa yang telah kamu dapat. Semangat Tarbiyah
0 komentar:
Posting Komentar